Sumatera
selatan yang memiliki jumlah rawa lebak terbesar nomer dua di Indonesia
menyebabkan adaptasi ternak yang mampu hidup atau terbiasa untuk tinggal di
daerah rawa. Sebagai contoh kecamatan pampangan yang berada di Kabupaten Ogan
Komering Ilir Sumatera Selatan. Pampangan merupakan daerah yang menjadi sentra
kerbau rawa yang dikenal Kerbau pampangan.
Kerbau
rawa atau lebih dikenal sebagai kerbau pampangan merupakan spesies asli dan
salah satu kekayaan plasma nutfah Sumatera Selatan dengan penyebarannya hanya
meliputi Kecamatan Pampangan dan Kabupaten Banyuasin. Ciri khas kerbau rawa
berkulit dan bulu warna hitam, kepala besar dan telinga panjang, tanduk pendek
dan melingkar ke arah belakang, ambing berkembang baik dan simetris, badan
berbentuk siku ke belakang, tempramen tenang dan relative tahan penyakit.
Kerbau itu biasa mencari makanan di dalam air.
Kegunaan
ternak kerbau ini sebagian besar sebagai penghasil daging dan hanya sebagian
kecil yang dimanfaatkan sebagai ternak kerja. Sedangkan susu kerbau hanyalah
produksi sampingan sesaat ketika kerbau itu sedang menyusui. Masyarakat
Pampangan dan beberapa kecamatan di sekitarnya juga tidak terbiasa mengkonsumsi
susu segar yang dihasilkan kerbau rawa, karena sifatnya yang tidak bisa
disimpan lama. Didaerah itu juga belum terdapat teknologi pengolahan hasil
sebagai susu segar seperti pasteurisasi dan pengepakan. Ciri rasa susu kerbau
dan kandungan lemak yang tinggi juga menyebabkan masyarakat kurang meminatinya.
Karena itulah produksi susu kerbau di Sumatera Selatan lebih banyak berupa hasil
olahan seperti gulo, puan, sagon puan, minyak kerbau dan dadih. Namun, hasil
olahan dari susu kerbau itu baru dikenal oleh masyarakat Sumsel, dan
popularitasnya semakin meredup sejalan dengan maraknya produk olahan dari
ternak sapi.